“Generasi milenial belajar keroncong? Kayaknya jadul banget deh…. Sekarang
kan orang mau yang serba impor. Musik Barat, Korea, Jepang, dong… Masa kita mau
balik lagi ke zaman opa dan oma gua?” Itulah
komentar beberapa anak ketika ditanya tentang minatnya terhadap musik
keroncong.
SMP Santa Maria mempunyai komitmen mewujudkan salah satu visi sekolah
yakni “cinta bangsa, tanah air serta budaya” melalui ekstrakurikuler keroncong.
Tidak tanggung-tanggung, para pelatih yang didatangkan adalah para seniman
Keroncong Tugu yang sudah melegenda di Indonesia. Kalau kita berselancar di
dunia maya, kita akan mengetahui bahwa keroncong tugu ada sejak tahun 1700-an
di daerah Tugu, Batavia. Ketika musik keroncong Tugu sudah
semakin dikenal, pada 1925 dibentuk organisasi. Tokoh yang pertama kali
membentuk organisasi ini adalah Jozef Quiko. Dia memanggil para pemuda Tugu
untuk bergabung di satu organisasi bernama Orkes Poesaka Kerontjong Moresco
Toegoe-Anno 1661. Hingga akhirnya pada 1970, Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin, menginstruksikan
agar kampong Tugu beserta kebudayaannya terus dihidupkan.
Tanggung jawab meneruskan warisan budaya ini terletak di tangan kaum
muda. Karena itulah SMP Santa Maria memberi kesempatan bagi anak-anak SMP Santa
Maria untuk belajar musik keroncong di bawah asuhan para musisi Keroncong Tugu.
Namun keroncong SMP Santa Maria memiliki ciri khas tersendiri karena memadukan
unsur musik keroncong dengan alat musik daerah yang lain. Keroncong SMP Santa mengakomodasi
keberagaman siswa dengan talenta musik mereka yang beragam pula. Karena itu
musik keroncong dipadukan dengan alat musik Tiongkok yakni Guzheng dan alat
musik Jawa Barat yakni angklung.
Untuk menarik minat generasi muda terhadap hal-hal yang berbau
tradisional tidaklah mudah. Pernah di suatu waktu, ekstrakurikuler ini
kehilangan peminat dan hampir saja punah. Namun motivasi siswa bisa
dibangkitkan lagi sehingga ekstrakurikuler ini eksis kembali. Saat ini mereka
bisa berlatih dan mengembangkan talenta musik mereka. Tantangan yang dihadapi
adalah para pelatih harus mempunyai kesabaran ekstra karena anak-anak yang
bergabung dalam ekstrakurikuler ini ada yang sama sekali tidak mempunyai
keterampilan dalam bidang musik. Namun jangan ada kata menyerah untuk mencapai
sebuah keberhasilan. Teruslah berlatih…..!
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari Kampus Santa Maria dalam rangka memperingati bulan bahasa.