Pages

Banner 468 x 60px

Selasa, 24 Oktober 2017

Melestarikan Budaya Bangsa Melalui Musik Keroncong

0 komentar
“Generasi milenial belajar keroncong? Kayaknya jadul banget deh…. Sekarang kan orang mau yang serba impor. Musik Barat, Korea, Jepang, dong… Masa kita mau balik lagi ke zaman opa dan oma gua?” Itulah komentar beberapa anak ketika ditanya tentang minatnya terhadap musik keroncong.
SMP Santa Maria mempunyai komitmen mewujudkan salah satu visi sekolah yakni “cinta bangsa, tanah air serta budaya” melalui ekstrakurikuler keroncong. Tidak tanggung-tanggung, para pelatih yang didatangkan adalah para seniman Keroncong Tugu yang sudah melegenda di Indonesia. Kalau kita berselancar di dunia maya, kita akan mengetahui bahwa keroncong tugu ada sejak tahun 1700-an di daerah Tugu, Batavia. Ketika musik keroncong Tugu sudah semakin dikenal, pada 1925 dibentuk organisasi. Tokoh yang pertama kali membentuk organisasi ini adalah Jozef Quiko. Dia memanggil para pemuda Tugu untuk bergabung di satu organisasi bernama Orkes Poesaka Kerontjong Moresco Toegoe-Anno 1661. Hingga akhirnya pada 1970, Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin, menginstruksikan agar kampong Tugu beserta kebudayaannya terus  dihidupkan.
Tanggung jawab meneruskan warisan budaya ini terletak di tangan kaum muda. Karena itulah SMP Santa Maria memberi kesempatan bagi anak-anak SMP Santa Maria untuk belajar musik keroncong di bawah asuhan para musisi Keroncong Tugu. Namun keroncong SMP Santa Maria memiliki ciri khas tersendiri karena memadukan unsur musik keroncong dengan alat musik daerah yang lain. Keroncong SMP Santa mengakomodasi keberagaman siswa dengan talenta musik mereka yang beragam pula. Karena itu musik keroncong dipadukan dengan alat musik Tiongkok yakni Guzheng dan alat musik Jawa Barat yakni angklung.

Untuk menarik minat generasi muda terhadap hal-hal yang berbau tradisional tidaklah mudah. Pernah di suatu waktu, ekstrakurikuler ini kehilangan peminat dan hampir saja punah. Namun motivasi siswa bisa dibangkitkan lagi sehingga ekstrakurikuler ini eksis kembali. Saat ini mereka bisa berlatih dan mengembangkan talenta musik mereka. Tantangan yang dihadapi adalah para pelatih harus mempunyai kesabaran ekstra karena anak-anak yang bergabung dalam ekstrakurikuler ini ada yang sama sekali tidak mempunyai keterampilan dalam bidang musik. Namun jangan ada kata menyerah untuk mencapai sebuah keberhasilan.  Teruslah berlatih…..!











Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari Kampus Santa Maria dalam rangka memperingati bulan bahasa. 





Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger
Read more: http://impoint.blogspot.com/2013/02/cara-membuat-komentar-facebook-di-blogger.html#ixzz2ch5dbhrZ Dilarang copy paste artikel tanpa menggunakan sumber link - DMCA Protected Follow us: @ravdania on Twitter | pemakan.worell on Facebook

0 komentar:

Posting Komentar